Oleh: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
INFOEKONOMI.COM – Sekarang untung Blok Rokan masih lumayan, dengan produksi 166 ribu barel maka Pertamina dapat grossplit dapat 100 ribu barel.
Dari setiap barel minyak perusahaan bisa mendapatkan laba bersih 20 barel saja maka pertamina hulu energy dapat bersih 20 ribu barel sehari.
Baca Juga:
Akan Temui Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Prabowo Subianto Telah Berada di Washington DC
Harga minyak 75 dolar pertamina dapat 500 juta dolar setahun atau 8 triliun mener. Cukup Lumayan.
Mau cari dimana uang 8 triliun? Ini angka yang lumayan, jadi kelola blok rokan tetap bisa dapat cuan besar.
Utang untuk beli Blok Rokan kepada Menteri Keuangan senilai 750 juta dolar akan bisa dibayar hanya dalam 2 tahun. Memang Chevron dulu produksi 250 juta barel setahun.
Ini bisa dikejar Pertamina dengan melipatgandakan sumur. Sekarang pertamina dengan 166 ribu barel itu angka yang lumayan.
Secara keseluruhan hulu Pertamina sekarang bisa memproduksi sekitar 500 ribu barel sehari, kalau bagiannya Pertamina dalam skema grossplit 60 persen saja?
Baca Juga:
Maka perusahaan mendapatkan 300 ribu barel sehari, kalau bersih 20 persen maka dapat 60 ribu barel sehari, kalau harga 75 dolar maka dapat 4,5 juta dolar sehari.
Maka setahun bisa dapat bersih 1,6 miliar dolar atau Rp. 25 triliun setahun. Kalau pake bayar utang maka utang Pertamina bisa selesai 25 tahun lunas.
Tidak hanya itu, Kalau Pertamina hulu untung 25 triliun, kilang untung 3 dolar saja per barel minyak yang diolah kilang, dikalikan 700 ribu barel sehari maka kilang bisa untung 12 triliun setahun.
Dengan dasar ini PT Pertamina kilang masih dapat berkembang lagi, menyongsong transisi energi, mengembangkan bahan bakar hidrogen dan EBT lainnya.
Baca Juga:
Kerja Sama Tim dan Keberanian Sangat Penting, Prabowo Kemahkan Para Menteri di Akmil Magelang
Tidak seperti sekarang menyimpang yakni melakukan solarisasi sawit dan gasifikasi batubara yang jelas keluar haluan transisi energy.
Sementara kalau ritel bisa dapat 500 perak saja setia seliter penjualan BBM mala dikalikan 1,2 juta barel penjualan sehari atau 68-80 miliar liter.
Maka untung 500 perak saja seliter pertamina hilir Patraniaga bisa dapat untung bersih Rp. 35-40 triliun setahun.
Sehingga secara keseluruhan pertamina holding company saya perkirakan bisa dapat untung setahun sekitar Rp. 100 triliun lebih. Dalam 6 tahun saja utang pertamina sekarang bisa lunas.
Bagaimana dengan PLN?
Lalu bagaimana dengan perusahaan listrik negara atau PLN? Masa depan bisa juga cerah.
Sekarang PLN bisa jual liatrik 241 miliar kwh, harga per kwh 1400 maksimun maka penjualannya mencapai Rp. 350 triliun.
Potong biaya perkawh indonesia sekitar 1600 rupiah. PLN memang rugi 200 perak per kwh.
Namun berbeda kalau 72 gw terpasang berhasil terjual habis maka PLN bisa menjual sekitar 450 miliar kwh jadi bisa dapat revenue 550 triliun, asumsi biaya tetap maka PLN bisa untung 100 triliun lebih.
Tinggal masalahnya adalah bagaimana mengatasi over supply di Jawa Bali sekarang ini, ini memang tugaa berat bagi PLN.
Sumber masalah utama PLN adalah skema ToP ini memghasilkan pemborosan luar biasa, bagaimana bisa kita dipaksa buang listrik separuh dari yang kita produksi.
Sementara dunia negara negara miskin dan rakyat miskin indonesia banyak yang masih kurang makanan, pengurus negara tangung jawab dunia akhirat ini.
Ada yang mengatakan bahwa kelebihan produksi ini sebanrmya tidak pernah diproduksi, jadi PLN membayar angin kepada swasta atau IPP. Konsumsi batubara palsu dong? Tapi tetap dihitung dan dibayar PLN.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Tanggung jawab sepenuhnya over supply ini ada di tangan pemerintah, yang memutuskan untuk membangun megaproyek 2×10 Gw dan 35 Gw, tapi tidak diikuti dengan kebijakan pembangunan industri nasional.
Potensi jual listrik PLN itu mencapai 450 ribu GWh, sementara yang bisa dijual hanya 241 GWh. Ini adalah angka yang fantastis.
Sementara banyak swasta di smelter konon membangun pembangkit PLTU untuk konsumsi sendiri, akibatnya PLN tidak mendapatkan pasar listrik di wilayah industri tersebut. Piye iki Bapak Presiden?***