Harga Pangan Melunak, Inflasi Nasional 2,31 Persen di Agustus

Penurunan harga cabai, tomat, dan beras SPHP bantu deflasi 0,08 persen month-to-month, menjaga daya beli masyarakat tetap terjaga di tengah tekanan global.

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 9 September 2025 - 08:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri dalam Negeri 3. Tito Karnavian saat memberi keterangan soal inflasi pangan 2,31 persen.. (Facebook.com @Tito Karnavian)

Menteri dalam Negeri 3. Tito Karnavian saat memberi keterangan soal inflasi pangan 2,31 persen.. (Facebook.com @Tito Karnavian)

SUASANA pasar tradisional di pinggiran Jakarta masih ramai pada Jumat pagi, pedagang sayur sibuk menata cabai, bawang, dan tomat yang kini harganya cenderung mereda.

Sementara seorang ibu rumah tangga tampak tersenyum ketika menyebut harga cabai rawit sudah tak setinggi sebulan lalu.

Di tengah denyut nadi pasar itu, pemerintah membawa kabar yang mereka sebut melegakan, inflasi pangan nasional diklaim turun.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dan penyelamatnya bukan hanya cuaca atau panen raya, melainkan juga beras murah keluaran Bulog yang disalurkan lewat program Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Penurunan Angka Inflasi yang Dikaitkan dengan Stok Beras

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan bahwa inflasi pangan nasional bergerak turun dari 2,37 persen menjadi 2,31 persen secara tahunan.

Angka yang ia sebut bukan sekadar statistik, tetapi cerminan bahwa intervensi pemerintah berjalan di lapangan.

“Komoditas penyumbang inflasi utama adalah cabai rawit, tetapi beberapa komoditas lain justru turun karena intervensi pemerintah,” ujar Tito dalam keterangan resmi pada Jumat, 5 September 2025.

Menurut Tito, stok beras nasional berada dalam kondisi aman, dengan cadangan yang ia klaim cukup besar, sehingga Bulog bisa menggelontorkan beras SPHP ke pasar dengan harga di bawah rata-rata.

“Beras ini komoditas rakyat yang utama, stoknya cukup banyak, distribusi lancar ke berbagai daerah, dan itu membuat harga bisa terkendali,” katanya.

Program SPHP Diklaim Jadi Penopang Harga Beras Nasional

Bulog tercatat telah menyalurkan 1,3 juta ton beras SPHP sepanjang tahun berjalan, dan volume itu menurut Tito, sanggup menekan gejolak harga beras yang sempat merangkak naik di beberapa daerah.

“Dengan penyaluran makin gencar atas perintah Presiden Prabowo, kami harap harga beras di sejumlah daerah yang sempat naik bisa kembali turun,” ucap Tito, yang pernah menjabat Kapolri.

Klaim ini sejalan dengan data Badan Pusat Statistik, yang menyebut inflasi Agustus 2025 hanya 2,31 persen secara tahunan.

Dengan deflasi bulanan 0,08 persen, deflasi ini terutama dipicu turunnya harga tomat, cabai rawit, dan bawang putih.

Namun, penurunan angka inflasi tidak serta-merta menghapus pertanyaan publik, apakah kebijakan intervensi beras SPHP cukup kuat menghadapi ketidakpastian global dan dampak iklim yang sulit diprediksi.

Menteri Pertanian Bicara Stok Melimpah dan Ketahanan Pangan

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam kesempatan yang sama menegaskan bahwa stok beras nasional berada di atas 4 juta ton, angka yang menurutnya menjadi penopang stabilitas harga pangan di tanah air.

“Inflasi turun dari 2,37 ke 2,31 persen, ini indikasi pangan kita stabil, patut kita syukuri,” kata Amran, yang optimistis tahun ini Indonesia bisa memenuhi kebutuhan beras dalam negeri tanpa impor.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, terutama dalam memperkuat distribusi pangan.

Agar surplus produksi di satu wilayah tidak terjebak hanya di gudang, sementara daerah lain mengalami kelangkaan.

Namun, bagi para analis, stok beras melimpah tidak selalu berbanding lurus dengan distribusi yang merata.

Karena jalur logistik dan biaya transportasi seringkali menjadi faktor yang menambah tekanan harga di tingkat konsumen.

Antara Klaim Keberhasilan dan Realitas Harga di Pasar

Penurunan inflasi yang diklaim pemerintah bisa dipandang sebagai keberhasilan, namun pengalaman masa lalu menunjukkan harga pangan amat rentan terhadap gejolak musiman.

Mulai dari gagal panen akibat cuaca ekstrem hingga lonjakan harga menjelang hari besar keagamaan.

Ekonom menilai klaim stabilitas pangan harus diuji lebih jauh dengan realitas harga di pasar, sebab data agregat inflasi tidak selalu mewakili kondisi rumah tangga miskin.

“Turunnya inflasi memang positif, tapi kita perlu melihat disparitas harga antarwilayah dan dampaknya terhadap daya beli masyarakat kecil,” ujarnya.

Daya beli tetap menjadi indikator krusial, sebab meskipun harga beras SPHP lebih murah, akses masyarakat terhadap beras itu tergantung pada distribusi dan ketersediaan di pasar lokal.

Tantangan Ketahanan Pangan di Tengah Krisis Global

Kondisi geopolitik internasional, termasuk kebijakan proteksionisme pangan di beberapa negara produsen beras.

Membuat harga beras dunia bergejolak, dan Indonesia, meski mengklaim surplus, tetap harus waspada.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperingatkan dampak perubahan iklim yang makin sering memicu gagal panen di Asia Tenggara, yang pada gilirannya berisiko menekan pasokan beras global.

Dalam situasi ini, klaim stabilitas pangan yang dikemukakan pemerintah patut dicatat sebagai upaya, tetapi juga perlu diuji dalam jangka panjang.

Sebab stabilitas bukan hanya soal angka inflasi sesaat, melainkan juga ketahanan distribusi dan akses masyarakat terhadap pangan pokok.****

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infokumkm.com dan Pangannews.com 

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Delapannews.com dan Apakabarindonesia.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Harianmalang.com dan Haisumatera.com

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

PROPAMI Rumuskan Arah Baru Penguatan Profesi Pasar Modal
Akuisisi BCA dan Keadilan Publik: Dari Ongkos 1998 ke Kontribusi Sistemik Kini
Sentimen Dunia Negatif, CSA Index September 2025 Koreksi
Bulog Gelontorkan 1,3 Juta Ton SPHP, Inflasi Pangan Reda
Cara Efektif Mengundang Jurnalis Ekonomi Agar Acara Liputan Berhasil
Tren Pembiayaan Konsumer BSI Menguat di Tengah Tantangan Ekonomi
Galeri Foto Pers Jadi Strategi Komunikasi Visual Perusahaan Modern
Rupiah Anjlok 1,2%, Ini Analisis Data dan Proyeksi ke Depan

Berita Terkait

Senin, 29 September 2025 - 19:21 WIB

PROPAMI Rumuskan Arah Baru Penguatan Profesi Pasar Modal

Minggu, 14 September 2025 - 05:42 WIB

Akuisisi BCA dan Keadilan Publik: Dari Ongkos 1998 ke Kontribusi Sistemik Kini

Sabtu, 13 September 2025 - 00:13 WIB

Sentimen Dunia Negatif, CSA Index September 2025 Koreksi

Selasa, 9 September 2025 - 08:12 WIB

Bulog Gelontorkan 1,3 Juta Ton SPHP, Inflasi Pangan Reda

Selasa, 9 September 2025 - 08:04 WIB

Harga Pangan Melunak, Inflasi Nasional 2,31 Persen di Agustus

Berita Terbaru

Foto : Suasana sidang pleno RUAT–RUALB PROPAMI 2025 di Jakarta, Jumat (26/9), yang dihadiri pengurus, anggota, serta perwakilan OJK, BEI, KSEI, dan KPEI. (Doc.Ist)

Ekonomi

PROPAMI Rumuskan Arah Baru Penguatan Profesi Pasar Modal

Senin, 29 Sep 2025 - 19:21 WIB